Rabu, 02 Januari 2013

Ikan Mas Cobek


24 Desember 2012
Ikan Mas Cobek

Pagi yang cerah, hangat matahari menyinari desa ini. Pagi dimulai dengan acara mencari ikan, saya dan teman ikut membantu kakek teman untuk mencari ikan mas disawah, cara yang unik hanya bermodalkan anyaman bambu yang dibuat melingkar, hampir mirip dengan kurungan ayam tapi lubang atas dan bawah sama ukurannya, bukan bubu tapi sama fungsinya sebagai perangkap ikan, hanya caranya yang berbeda.

Dimulai dengan membuat lubang dipinggiran sawah untuk dialirkan ke parit, lubang ditutupi dengan jerami, bertujuan untuk mengurangi air tapi ikan tidak ikut terlepas dan agar ikan lebih mudah untuk ditangkap. Benar saja genangan air yang awalnya tampak tenang, sekarang mulai beriak karena ikan yang tampak berenang kesana kemari untuk menghindari tangkapan kami. Tidak begitu sulit menangkap ikan itu bagi si kakek karena sudah terbiasa tentunya, kalau saya masih harus berdua untuk menangkapnya. Setelah hasil ikan dirasa cukup, kami sudahi mencari ikannya. acara dilanjutkan dengan teh hangat, ketan goreng, dan rokok, sambil menunggu sarapan matang.

Show time, kami dipanggil untuk sarapan. Menu yang sederhana tapi nikmat, sebakul nasi, garam yang selalu ada saat makan, petai, krupuk gendar dan teman saya menyebutnya ikan mas cobek. Kesan pertama yang saya tangkap adalah ikan mas bakar dengan sambal hijau. Tak lama kemudian teman saya menyiram ikan itu dengan air panas, jujur saya heran. Ah, tapi ya sudahlah. Bumbunya sangat sederhana, cabe hijau, jahe, bawang merah bakar, ranting daun kedondong yang masih muda untuk rasa asemnya diulek diatas cobek tanah liat, dan pastinya ikan mas bakar, lalu disiram air panas, jadi terlihat seperti sup ikan.

Saya pribadi sebenarnya tidak suka dengan ikan mas, sedikit ragu untuk mencobanya, tapi karena memang saya lapar dan hanya itu yang tersedia, ya sudahlah. dan ini yang membuat saya bingung, rasa ikan mas itu berbeda dengan yang saya pikir, tidak ada sama sekali rasa seperti tanah seperti ikan air tawar kebanyakan, apa memang karena lingkungan hidupnya yang masih alami atau cara memasaknya yang masih menggunakan kayu bakar, tapi yang jelas saya menghabiskan dua piring nasi.

1 komentar: